Jumat, 10 Agustus 2012

Tak Berjodoh dengan Ducati, Rossi Kembali ke Pelukan Yamaha


Getty Images/Mirco Lazzari

Roma - Valentino Rossi gagal memenuhi ekspektasi besar yang dibebankan kepadanya selama membela Ducati. Sebuah catatan tak mengesankan yang "menodai" prestasi gemilang yang dia dapat di masa sebelumnya.

Saat kepindahan Rossi ke Ducati diumumkan pada Agustus 2010, banyak pihak yang memprediksi Rossi akan kembali ke tangga juara dunia. Power motor Ducati yang besar dan skill membalap Rossi yang kelas wahid dianggap sebagai kombinasi yang sempurna. Belum lagi soal kesamaan asal negara Rossi dan Ducati, Italia, yang juga ikut mendorong kepindahannya ini.

Publik masih mencoba maklum saat Rossi mengalami kesulitan di masa-masa awal bersama Ducati. Selain karena masalah adaptasi dengan motor baru, The Doctor saat itu juga belum dalam kondisi prima pasca operasi.

Namun, setelah ditunggu sekian lama, Rossi tak kunjung berprestasi. Dia cuma sekali naik podium ketiga di musim 2011, yakni di Le Mans. Inilah kali pertama dalam kariernya Rossi tidak sekali pun menang selama semusim.

Akhirnya, di musim itu dia cuma menempati posisi ketujuh di klasemen akhir pebalap dengan 139 poin, terpaut 211 poin dari Casey Stoner yang jadi kampiun. Sebagai informasi, Rossi tak pernah menempati posisi seburuk itu di klasemen akhir sejak tahun 1997. Dalam kariernya di balap motor grand prix, posisi terjelek yang dia tempati adalah posisi kesembilan, itu pun dia raih di musim debut kelas 125cc pada tahun 1996. Selebihnya, dia selalu masuk tiga besar hingga tahun 2010.

Catatan buruk Rossi ternyata masih berlanjut di musim keduanya. Setelah sepuluh seri berlalu, rider 33 tahun ini baru sekali naik podium, yakni saat menempati posisi kedua di Le Mans. Sisanya, dia lebih sering finis di luar lima besar.

Rossi saat ini menduduki posisi kedelapan di klasemen pebalap dengan raihan 82 poin, tertinggal 123 poin dari Jorge Lorenzo yang ada di puncak. Dia bahkan ada di bawah rekan setimnya, Nicky Hayden, yang punya dua poin lebih banyak.

Apa yang membuat performa Rossi begitu merosot setelah pindah ke Ducati? Banyak pendapat soal ini, mulai dari lawan yang makin kompetitif, usia yang tak muda lagi, sampai perbedaan karakter motor. Namun, yang selama ini paling banyak dikeluhkan oleh Rossi adalah motor Desmosedici yang tak kunjung sesuai dengan keinginannya.

Rossi memang dikenal sebagai pebalap yang bukan cuma menunggangi motor, namun juga berperan dalam pengembangannya. Oleh karena itu, dia akan "rewel" dan banyak memberi masukan ke kru teknisnya.

Sebagai contoh adalah di tengah musim 2011. Karena tak puas dengan performa Desmosedici GP11, Rossi akhirnya diberi motor yang lebih gres dalam bentuk Desmosedici GP11.1. Belum juga mendapatkan hasil bagus, Rossi memakai sasis baru yang terbuat dari aluminium. Hasilnya? Tetap tak menggembirakan.

Kenangan-kenangan tak menyenangkan di atas akan segera menjadi masa lalu Rossi. Kini, juara dunia kelas MotoGP ini harus bersiap mengucapkan selamat tinggal kepada Ducati. Dia sudah dipastikan akan kembali lagi ke Yamaha mulai musim depan.

Yamaha memang tempat dimana Rossi mencapai puncak kejayaan. Pada periode 2004-2010, pebalap yang identik dengan nomor motor 46 ini empat kali jadi juara dunia, yakni di tahun 2004, 2005, 2008, dan 2009. Dari 117 balapan bersama tim Garpu Tala, dia naik podium 85 kali dan menang 46 kali. Sebuah catatan yang fantastis bukan?



Via: Tak Berjodoh dengan Ducati, Rossi Kembali ke Pelukan Yamaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar